What is Practical Problem Solving

admincara

Practical Problem Solving (PPS) adalah sebuah metodologi atau pendekatan terstruktur dan sistematis yang digunakan untuk mengidentifikasi, menganalisis, dan menyelesaikan masalah secara efektif. Inti dari PPS adalah menemukan akar penyebab (root cause) dari suatu masalah, bukan hanya mengatasi gejala atau dampaknya, agar masalah tersebut tidak terulang lagi di masa depan.

Konsep ini sangat populer dalam kerangka kerja Lean (seperti yang dipelopori oleh Toyota) dan sering kali mengikuti siklus perbaikan berkelanjutan PDCA (Plan-Do-Check-Act).


Tujuan Utama Practical Problem Solving

Tujuan utama dari Practical Problem Solving adalah:

  1. Menemukan Akar Penyebab Permanen: Memastikan bahwa solusi yang diterapkan mengatasi sumber masalah yang sebenarnya, sehingga masalah yang sama tidak muncul lagi.
  2. Mencapai Hasil Nyata: Menyelesaikan masalah dengan cara yang efisien, terukur, dan berdampak positif pada kinerja, kualitas, atau operasional.
  3. Menciptakan Budaya Perbaikan Berkelanjutan: Mengembangkan keterampilan dan pola pikir pemecahan masalah pada setiap anggota tim atau organisasi, menjadikan perbaikan sebagai bagian dari pekerjaan sehari-hari.
  4. Menghilangkan Pemborosan (Waste): Mengurangi waktu, sumber daya, dan upaya yang terbuang karena kesalahan berulang atau solusi tambal sulang (solusi jangka pendek).

Langkah-Langkah Umum Practical Problem Solving (8 Langkah)

Meskipun detailnya bisa berbeda-beda, PPS umumnya melibatkan langkah-langkah logis yang berorientasi pada fakta:

  1. Klarifikasi Masalah (Clarify the Problem): Definisikan masalah dengan jelas, membandingkan kondisi saat ini dengan kondisi standar atau ideal yang diharapkan. Sering kali melibatkan “Go and See” atau Gemba (pergi ke lokasi masalah).
  2. Urai Masalah (Break Down the Problem): Pisahkan masalah besar menjadi bagian-bagian yang lebih kecil, spesifik, dan dapat dikelola untuk dianalisis.
  3. Tetapkan Target (Set the Target): Tentukan hasil yang spesifik, terukur, dan berorientasi waktu yang ingin dicapai dari proses pemecahan masalah.
  4. Analisis Akar Penyebab (Analyze Root Cause): Selidiki mengapa masalah itu terjadi. Alat yang sering digunakan adalah 5 Whys (bertanya “Mengapa?” berulang kali) atau Fishbone Diagram.
  5. Kembangkan Solusi/Tindakan Pencegahan (Develop Countermeasures): Buat dan pilih tindakan perbaikan yang secara langsung mengatasi akar penyebab yang telah diidentifikasi.
  6. Terapkan Solusi (Implement Countermeasures): Laksanakan rencana tindakan yang telah disepakati.
  7. Evaluasi Hasil dan Proses (Monitor Results and Process): Ukur dan konfirmasi apakah solusi telah mencapai target dan memecahkan masalah.
  8. Standarisasi dan Bagi Pembelajaran (Standardize and Share Success): Jika berhasil, jadikan solusi tersebut sebagai prosedur standar dan bagikan pelajaran kepada tim atau departemen lain (Yoko-ten).

Dengan menerapkan metodologi yang terstruktur ini, tim dapat memastikan bahwa upaya pemecahan masalah mereka fokus, terarah, dan menghasilkan perbaikan yang tahan lama.

Bagikan:

Tags

Related Post

Leave a Comment

Ready to talk?   Get in touch with our friendly team of experts.   We’re ready to assist you.